Friday 24 April 2020

Meraih Ketenteraman Jiwa



Berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia semakin bertambah .Beraneka ragam bencana, masalah ekonomi,kesehatan, hingga penegakan keadilan, semua itu melahirkan  dampak kepada setiap orang, yang pada akhirnya menyulap kehidupan manusia menjadi seakan rumit dan mengganggu kenyamanan hidup terlebih ketentraman jiwa.

Ketentraman jiwa akan sangat berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan irama hidup setiap orang. Jika hanya fisik yang terganggu tentullah anggota fisik yang lain masih bisa difungsikan dengan baik, akan tetapi ketika jiwa terganggu semua fungsi fisik ikut terganggu bahkan tidak berfungsi dengan maksimal.

Ajaran Islam menuntun kita untuk menjaga dan mencapai ketentraman jiwa yang sering dikaitkan dengan hati atau qalbu. Qalbu adalah suatu lintasan perasaan pada diri manusia atau anggota tubuh yang abstrak dan hanya bisa dirasakan. Segumpal daging yang terletak di dalam dada manusia,sebagai tempat bertarungnya pengaruh kebaikan dan kejahatan, organ ini memiliki peranan yang sangat penting.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Bersabda :

"Ketahuilah bahwa dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad menjadi baik, tetapi jika ia rusak maka seluruh jasad akan menjadi rusak, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. (HR. Bukhari Muslim)

Segumpal daging yang dinamakan hati inilah yang membuat kita mulia atau tidak,bahagia atau sengasara.demikian juga kecemasan dan ketentraman jiwa. Oleh karena itu menjaga hati,dan mensucikan hati (tazkiyatun nafs) adalah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Hati yang selalu bersih membuat hidup kita lebih bahagia tidak pernah kecewa dengan ujian,fitnah,atau iri dengki kepada orang lain,dan selalu memandang jernih setiap masalah,sehingga pasti akan tenang penuh ketentraman jiwa dalam menjalani hidup.

Sebaliknya jika orang yang tidak menjaga hati akan bermuara pada hati terkotori dan pada akhirnya selalu tidak tenang,karena hatinya dipenuhi prasangka,rasa dengki,sombong.Orang seperti ini terlihat jelas dari akhlaqnya yang semakin terpuruk,sungguh sia-sia waktunya karena hanya sibuk memikirkan kekurangan orang lain semata.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh celakalah orang-orang yang mengotori jiwanya.” (QS. Asy Syams : 9-10).

Islam menyatakan bahwa kebahagiaan, sejahteraan dan ketentraman itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan. Kebahagiaan dan ketentraman jiwa adalah dimana kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Imam Abu Hamid Al Ghazali menyatakan “bahwa puncak kebahagiaan dan ketentraman pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah, telah mengenal Allah Subhanahu wa Ta;ala.

Kebahagiaan dan ketentaraman itu akan datang dengan sendirinya jika hati telah dipenuhi iman yang kuat,dan bertindak sesuai dengan keyakinan yang kita punya itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman :

“Karena itu, ingatlah kalian kepada-KU,niscaya AKU (ALLAH) akan ingat pula kepada kalian.Dan bersyukurlah kepada-KU,serta janganlah kalian mengingkari nikmat-KU”(Q.S. Al Baqarah : 152).

Ketentramana jiwa akan dicapai sepenuhnya pada seorang hamba,manakala ia tidak pernah meninggalkan membaca Al quran, berdzkir dan berdoa, bersabar atas keputusan-Nya melalui qadha dan qadar, tidak berputus asa atau menyerah, memohon pertolongan kepada-Nya dalam semua urusan, menyadari bahwa apa yang menimpanya adalah bagian dari taqdir-Nya, dan apa yang bukan taqdir-Nya tidak akan menimpa padanya,serta yakin bahwa dirinya tidak kuasa memberi manfaat maupun bahaya. Dengan istiqamah mengerjakan amal-amal tersebut diatas InsyahAllah seorang hamba akan merasa tentram hidup mulia penuh rahmat dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

No comments:

Post a Comment