Sunday 26 April 2020

Memaafkan dan Menghapus Dendam

Mencoba "Memaafkan dan Melupakan"

Memaafkan adalah suatu hal yang lebih berat dari meminta maaf, sebab dengan memaafkan kita mencoba untuk mengikhlaskan keburukan yang dilakukan oleh orang lain kepada kita. Ternyata di balik beratnya memberikan maaf kepada orang lainlah, manusia benar-benar bisa memahami sifat-sifat baik yang dimiliki oleh Allah, yakni memaafkan segala perbuatan manusia tidak peduli sebesar apapun kesalahan itu.

Namun ada dua hal yang perlu diketahui bagaimana kita hendaknya memberikan maaf kepada orang lain. Pertama, memaafkan itu sendiri, artinya kita benar-benar rela dan ikhlas bahwa orang yang meminta maaf kepada kita pernah melakukan kesalahan yang mungkin fatal menurut kita.

Kedua, yakni melupakan kesalahan itu, terkadang banyak yang mengatakan “aku memaafkanmu, tapi tidak bisa melupakan kesalahanmu.” Kalimat tersebut mungkin sering kita dengar bahkan kita sendiri yang mungkin pernah mengucapkannya. Padahal, ketika tidak bisa melupakan kesalahan itu, berarti kita belum bisa memaafkan kesalahan tersebut.

Memaafkan dan Menerima dengan Lapang Dada Saat Disakiti

Sifat pemaaf menunjukkan bahwa kita memiliki kekuatan untuk menahan hawa nafsu meskipun sebenarnya kita dapat melampiaskannya. Allah berfiman dalam surat Asy Syuraa dan Al-A’raf ,“Barangsiapa yang memberi maaf dan melakukan kebaikan, maka pahalanya di sisi Allah.” (QS. Asy Syuuraa: 40).

Di lain surat, Allah SWT juga berfirman, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (al-A’râf:199).

Ketika kita mulai merasa amarah kita memuncak dan perasaan dendam muncul, baiknya kita mengikuti anjuran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam untuk berwudhu.

Bermuhasabah dan Beristighfar

Kedua hal ini adalah cara intropeksi diri yang sangat dianjurkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, agar kita selalu mengingat dosa apa yang telah kita perbuat setiap harinya. Mungkinkah kita pernah menyakiti orang lain melalui lisan atau perbuatan kita dengan cara yang sama seperti apa yang kita rasakan?

Mengingat Kemuliaan dari Allah bagi Hamba yang Pemaaf

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya.” (HR. Muslim no. 2588).

Kemudian, diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Siapakah orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.’ Para sahabat berkata, ‘Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya. Lantas apakah yang dimaksud dengan orang yang bersih hatinya?’ Rasulullah menjawab, ‘Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kedurhakaan di dalamnya serta tidak ada pula dendam dan hasad.’” (Ibnu Majah 4216 dan Thabarani)

Tentunya sebaik-baik akhlak adalah akhlak yang mulia kepada sesama manusia. Maka tatkala kita memaafkan kesalahan seseorang berarti kita harus bisa melupakan kesalahannya dan tetap berbuat baik kepada orang tersebut, Wallahu'alam bisawab... Semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan menjaga kita dalam Rahmat-Nya...Aamiin yra..




No comments:

Post a Comment