🌱“Bayi bukan kertas kosong, mereka sudah
diinstall macam-macam kebaikan oleh Allah.”
Jadi,
pertanyaan yang coba kita ajukan pada diri sendiri:
“Mana
yang lebih mudah: mendidik anak menjadi shalih atau nakal?”
Ternyata
shalih itu fitrahnya setiap anak, setiap kita juga berarti pada dasarnya suka
dengan kebaikan. Maka dengarkan kata
hatimu… Dengarkan fitrahmu…
FITRAH PERSONAL POTENCY
🌱Fitrah
iman
🌱Fitrah
bakat
🌱Fitrah
belajar
🌱Fitrah
estetika dan bahasa
🌱Fitrah
individual dan sosial
🌱Fitrah
seksualitas
🌱Fitrah
perkembangan
🌱Fitrah
jasmani
Tidak ada cerita anak yang salah gaul,
adanya anak yang salah pola asuh.
Anak-anak
yang diasuh dengan benar >>
memiliki imunitas pada lingkungannya.
Anak-anak
yang selesai dengan dirinya >> dia hanya akan mengakses
kebaikan-kebaikan.
🌱Fitrah yang diasuh dengan baik akan
menjadikan seorang “agent of change” >> change
maker >> lahir peran dalam
peradaban.
Gak ada
orang yang gak suka belajar, semua orang suka belajar >> fitrah.
Fitrah iman + fitrah belajar
>> ghiroh melakukan perubahan dalam kebenaran dan kebaikan, lalu
menghasilkan karya yang solutif dan sebuah inovasi.
Semua
fitrah harus tumbuh bersama, kalo ada yang kurang satu maka akan menjadi
masalah.
🌱How to grow the fitrah?
Gak tiba-tiba fitrah berubah menjadi
cita-cita/peran.
Usia 0-6 tahun >> Ajak
anak jatuh cinta dengan Allah, Rasulullah, belajar, dan ortu. Hargai
individualitasnya. Amati sifatnya.
Usia 7-10 tahun >> Cobalah
berbagai macam aktivitas yang relevan dengan sifat anak sehingga tumbuh
penyadaran potensi. Temukan aktivitas yang membuat anak: enjoy-easy-earn. Pengamat terbaik setiap anak adalah orangtua
masing-masing. Bisa menggunakan tools =
talents mapping.
Usia 11-14 tahun >>
Kokohkan dengan ujian kehidupan, misalnya biarkan anak merantau, latihan
investasi. Orangtua harus tega! Tega boleh tapiii kalo tahap sebelumnya beres
ya.
Usia >15 tahun >> Biarkan
anak mandiri = analoginya dibiarkan tumbuh di tanah seperti pohon, mereka sudah
bukan tunas lagi.
🌸
“Fokuslah pada cahaya anak, bukan pada
kegelapannya.”
🌸
🌱FITRAH terdiri dari:
¼
genetis
¼ tempat
dilahirkan (Indonesia)
¼ zaman
ia hidup (abad 21)
¼
kitabullah
Syariah = proses dari aqidah.
Fenomena:
Orangtua
jatuh cinta pada aqidah, kebaikan dan kebenaran di masa mudanya. Tapi ketika
mereka sudah berkeluarga, mereka mengajarkan aqidah pada anak-anaknya dengan
cara pemaksaan. Mereka mau instan,
padahal itu butuh proses. Bangun aqidah di masa awal dengan cara yang
lembut dan halus.
🌸
Karena kepatuhan tanpa kecintaan maka akan
pudar.
🌸
Jangan sampaikan agama dengan keras, biarkan
agama menyentuh hati. Inilah yang menumbuhkan niat = sesuatu yang
tumbuh dari dalam.
✏✏✏
🌱KESIMPULAN🌱
1. Mendidik anak adalah tugas orangtua
Bukan
tugas sekolah/lembaga les, dsb. Sekolah itu adalah tempat pengajaran.
Jangan
pernah serahkan sepenuhnya pendidikan anak pada lembaga.
2. Syarat mendidik anak = syukur.
Sifat-sifat
anak itu harus disyukuri >> lihat sisi cerahnya.
Tidak
mungkin Allah menciptakan anak tanpa masa depan yang cerah.
3. Kita adalah versi terbaik orangtua untuk
ana-anak kita.
Jika
Allah memberikan 10 anak >> Allah juga menginstall ilmu parenting dalam
diri kita sejumlah anak tersebut.
4. Raise your child, raise your self.
Jangan
pernah salahkan masa lalu, misalnya kita tidak suka dengan pola pengasuhan
orangtua kita >> berdamailah dengan masa lalu.
Ingatlah ini:
“It takes a village to raise a child.”
-African
proverb-
Penutup:
Deraskan
maknamu, bukan tinggikan suaramu.
Karena
hujanlah yang menumbuhkan bunga-bunga, bukan petir dan guruhnya.
-Ust. Harry Santosa-#karyakreatifcendekia
#smkcendekiabatujajar